Tiba-tiba setelah bangun tidur siang tadi saya dapat ide untuk menuliskan pengalaman saya dalam jual beli saham. Tujuannya adalah sebagai pengingat bagi saya sendiri dan barangkali dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sesama penghobi saham hehe.

Jadi dalam artikel pertama tentang jual beli saham ini saya ingin bercerita tentang kisah bahagia saya investasi di saham SRIL. (Saya punya pemikiran nanti setiap saya beli atau jual saham, entah untung atau rugi akan selalu saya tulis disini haha)
Saya membeli saham SRIL (PT Sri Rejeki Isman) sekitar bulan Agustus atau September 2016, tidak begitu ingat tanggal tepatnya karena sudah terlalu lama pada harga rata-rata Rp 270.

Selama beberapa bulan kemudian, bila punya uang tambahan saya selalu beli SRIL saat terjadi koreksi hingga tercapai harga rata-rata Rp 250. Dengan nilai portofolio yang belum begitu banyak saya simpan saham ini hingga waktu yang belum saya tentukan.

sri rejeki isman

Saya sangat tertarik dengan saham ini karena menurut saya harganya di bawah rata-rata pasar dan tergolong murah. Untuk sebuah perusahaan yang memimpin sektor tekstil di Indonesia, harga 250 dengan PER 6 itu merupakan harga yang sangat terdiskon. Selain itu perusahaan ini juga sedang membangun pabrik baru yang rencananya mulai beroperasi pertengahan tahun 2017 ini. Perusahaan yang kerap disebut Sritek dan berbasis di Solo ini juga menjadi penyedia seragam untuk pasukan NATO, hebat bukan!!

Namun yang aneh adalah harga saham ini cenderung flat saja, tidak pernah naik tinggi bahkan cenderung turun. Menurut beberapa pengamat saham ini memiliki rasio utang yang cukup banyak, tapi menurut saya normal-normal saja mengingat kinerja dan prospek yang dinilikinya. Keyakinan inilah yang membuat saya terus menyimpan mbak SRIL ini hingga harganya naik suatu saat.

Benar dugaan saya, awal 2017 tepatnya di bulan februari saham ini mulai menunjukkan taringnya. Mungkin sudah mulai dilirik investor atau tepatnya dilirik market maker hehehe. Harganya terus naik hari demi hari.............sayangnya saya tidak tahan dengan godaan keuntungan dan menjual setengah saham ini ketika telah untung 10%.

Setengah sisanya saya simpan karena saya masih berharap akan naik lagi. Dan alhamdulillah harganya terus naik seakan tak terbendung hingga mencapai harga Rp 498 di awal maret. Begitu bahagianya saya karena keuntungan yang saya peroleh hampir mencapai 100%, tapi juga agak menyesal sih, kenapa dulu saya jual setengah sahamnya hehe. (inilah sifat manusia yang kadang kurang bersyukur). Akhirnya laju SRIL mulai berbalik arah turun dan saya sempat jual di harga Rp 452, tidak buruk dan saya sangat bersyukur hehe. Cukup banyak keuntungan yang saya peroleh dari si mbak SRIL ini.

Paling tidak ada poin penting yang saya pelajari dari cerita saham SRIL ini.
Ketika berniat investasi jangka yang agak lama, jangan terburu-buru menjual ketika belum mencapai harga normal atau sesuai target yang telah ditentukan....let the profits run.

Saya kadang masih mikir, kalau setengah shamnya tidak saya jual dulu saya bakal untung lebih banyak hehe..tapi inilah pelajaran, inilah pengalaman. Kedepannya semoga saya bisa lebih mahir lagi dalam memenejemen portofolio yang saya miliki.